Tau ngga sih sahabat bahwa tanpa disadari, hidup kita ini tidak lepas dari yang namanya sampah. Sering kali mendengar kampanye untuk mengurangi sampah, apakah itu berhasil ? Lihat saja tempat pembuangan sampah mulai meluap, lautan tercemar, dan landfill ditinggalkan dengan miliaran ton sampah yang tidak dapat terurai, selama ratusan tahun dan tidak dapat didaur ulang. Nah, untuk menjaga masa depan ekosistem maka cities solusi nyata pengurangan sampah benar-benar diperlukan. Di mana sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung.
Dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan, maka pengelolaan sampah pada prinsipnya terdiri dari pengurangan dan penanganan sampah. Untuk pengurangan sampah sendiri dapat dilakukan dengan memberikan edukasi dan kerjasama semua pihak maka zero wastepun akan terwujud di seluruh kota bukan hanya di kota percontohan saja. Pengurangan sampah yang baik, dapat dilakukan dengan pemilahan sampah yang mulai dapat dilakukan di rumah tangga. Agar pemilahan sampah dapat dilakukan dengan tepat, maka perlu dilakukan edukasi dari rumah ke rumah bersama para kader di kawasan.
Secara prinsip pengelolaan sampah ditekankan bagaimana untuk mengurangi sampah itu, maka yang dahulu dikenal dengan 5 R ini: “Refuse, Reduce, Reuse, Recycle, Rot” atau di dalam bahasa indonesia “Menolak, Mengurangi, Menggunakan Kembali, Daur Ulang, Membusukkan.”. 5R ini menjadi pegangan untuk mengarah kepada gaya hidup tanpa limbah sehingga dapat menciptakan lebih sedikit limbah dan menggunakan sumber daya alam secara bijaksana. Sekarang di Bandung dikenal dengan kata kangpisman artinya kurangi, pisahkan, dan manfaatkan.
Salah satu kota di Indonesia yang telah berhasil mewujudkan komitmen nyatanya dalam membentuk kota yang zero waste adalah Bandung. Untuk mengembangkan program zero waste cities mulai dari pengembangan model di sejumlah Rukun Warga, dan saat ini sedang dalam tahap uji coba pengembangan model di skala kelurahan, serta pengembangan perangkat tata kelola pengelolaan sampah skala kota secara menyeluruh. Perkembangan yang signifikan ini tidak akan terwujud tanpa adanya komitmen nyata dari pemerintah kota sendiri baik, dalam kepemimpinan walikota maupun jajaran birokrasi yang terwujud dalam program kerja dan juga anggaran pemerintah kota.
Tetapi tidak hanya Bandung saja yang telah melakukan zero waste cities ada Cimahi. Untuk yang di dampingi oleh Yaksa Pelestari Bumi Berkelanjutan (YPBB) langsung adalah Bandung, Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta, sedangkan yang di dampingi oleh kolaborator ada 2 PPLH Bali yaitu Denpasar dan Ecoton di kabupaten Gresik.
Apa sih itu Zero Waste Cities
Bebas sampah dari kawasan, di mana kawasan ini bermula dari rumah sendiri artinya harus melakukan pemilahan sampah dimulai dari rumah, baik yang organik maupun yang bukan organik ini dan harus dilakukan secara terus menerus tidak ada pengecualian, bila ada peraturan kemungkinan warga
sekitar kawasan akan patuh terhadap peraturan tersebut, seperti saat ini dimana tidak ada yang menggunakan plastik lagi, tetapi ada saja yang masih menggunakannya.
Aku bertanya kepada penjual di pasar, pak kenapa diberikan kantong plastik, sekarang udah ada pelarangan untuk tidak menggunakan plastik tetap saja digunakan, tetapi jika ada aparat yang mengintai mereka tidak akan menggunakan plastik, sangat lucu sekali aku melihat para pedagang. Sepertinya untuk zero waste gak mudah ya buat mengedukasi tanpa ada aturan yang ketat hehehe, memang harus ada denda dulu ya, mungkin akan jera, dan melakukannya secara sungguh-sungguh.
Seperti yang terjadi di kota Bandung yang telah dibuatkan PERDA No. 9 tahun 2018 tentang pengelolaan sampah dan juga kota Cimahi dengan PERDA No. 6 tahun 2019 tentang penyelenggaraan pengelolaan sampah. Tetapi tidak hanya peraturan dan sanksi, diperlukan juga kader yang memang peduli dengan program zero waste cities ini.
Kenapa harus ada zero waste cities
Bayangkan saja, pernah aku bertanya kepada tukang sampah yang setiap hari harus mengangkut gerobak sampah, dia bilang bahwa harus setiap hari keliling, tidak ada pengganti hanya seorang diri lalu dia harus memilah lagi, lagipula berapa sih mba penghasilan tukang sampah, tapi harus saya kerjakan, lihat gerobak sampah yang penuh dengan sampah tidak dipilah. Setiap hari paling banyak adalah sampah organik/sampah rumah tangga seperti potongan sayur2an yang bayangkan saja sebulan sebanyak 5.100 kg dan yang dapat dibuatkan menjadi kompos sekitar 5.047 kg. Coba deh bayangkan kalau pengelolaan sampah dilakukan oleh seluruh lapisan jajaran yang ada di mulai dari rumah, maka zero waste cities solusi nyata pengurangan sampah dapat terlaksana dengan baik.
Tidak ada kata sempurna dari zero waste cities dan ketidaksempurnaan ini jangan dijadikan alasan untuk tidak memulainya. Jangan juga saling menjudge satu sama lain saat mereka mengklaim berhidup zero waste tapi masih menggunakan plastik, mungkin mereka sedang mencoba. Zero waste bukanlah tujuan, tapi proses. Dan mari bersama-sama menjalani proses ini.
Zero Waste cities ada agar pengurangan sampah dapat teratasi , yang dapat dimulai dari kawasan yang terkecil dahulu Rukun Warga , kelurahan sehingga dapat ke tingkat kota di seluruh Indonesia. Untuk mencapai zero waste cities solusi nyata pengurangan sampah dapat terwujud dan terlaksana dengan menyeluruh.
Aku sendiri pernah melakukan kunjungan di salah satu kawasan, di mana kawasan tersebut memang yang terkenal dengan banjir, tetapi sekarang kawasan itu merupakan percontohan bank sampah yang dapat melakukan pengurangan sampah dengan pemilahan sampah yang di mulai dari rumah tangga, memang harus ada saling sinergi antara masayarakat dan kader sehingga zero waste cities ini dapat berjalan dengan baik.
Yang harus diedukasi tentang zero waste cities
- Rukun Warga, diberikan edukasi bahwa pemilahan tempat sampah antara sampah organik dan non organik.
- Petugas sampah, diberikan edukasi agar pengangkutan sampah dilakukan secara terpilah sehingga memudahkan.
- Kader-kader, memberikan pendampingan agar edukasi dapat berjalan dengan baik.
- Pemerintah, memberikan fasilitas kepada petugas sampah dan memberikan sanksi yang tegas sehingga program zero waste cities ini dapat berjalan secara konsisten di seluruh kota Indonesia
Manfaat Zero Waste Cities Solusi Nyata Pengurangan Sampah
Saat ini pandemi masih terjadi di Indonesia, dimana semua tempat harus bersih sehingga bebas dari virus, tidak terkecuali sampah. Pengolahan sampah organik dari rumah dengan cara memilah sampah maka banyak hal yang dapat dimanfaatkan, apalagi sekarang ini banyak sekali yang m,ulai dengan berkebun, dari kita untuk kita kembali, beberapa manfaat zero waste cities solusi nyata pengurangan sampah antara lain :
- Lingkungan bersih
- Baju yang dipakai petugas sampah baunya berkurang, sehingga petugas sampahpun lebih bersih.
- Petugas diberi kemudahan untuk tidak memilah lagi atau mengorek lagi antara sampah organik dan non organik
- Jumlah sampah yang di angkut ke TPS, berkurang pengangkutannya,dari 3 kali seminggu berkurang jadi 2 kali
- Lebih memanusiakan manusia , jika sampah dapat dipisahkan dari awal kenapa tidak dilakukan, jika tidak ada kesadaran maka perlu ada peraturan tertulis
- Mempermudah memilah sampah sehingga pekerjaannya akan lebih baik, dan pengangkutan dilakukan secara terpilah akan menjadi perbaikan di dalam system pengelolaan sampah.
- Zero waste cities solusi nyata pengurangan sampah dengan cara sampah organik dikomposkan di kawasan, lalu hasilnya dibuat sebagai pupuk untuk menanam atau berkebun, sehingga tidak perlu beli pupuk yang berbahaya, tinggal menggunakan sisa dari makanan tadi yang sudah dikomposkan, lalu
diputerkan kembali hasil dari pupuk itu bisa menjadi sayuran atau buah-buahan yang dapat di makan kembali sehingga ini dapat memperbaiki kembali kondisi alam, menghidupkan kembali tanah-tanah dengan awalnya mulai dari kompos sisa makanan, lakukan siklus ini yang terus menerus maka secara ekonomi akan lebih hemat dan tentu saja sehat. - Keahlian petugas sampah akan naik dengan ikut belajar mengkompos.
- Dengan keahlian petugas sampah maka pemerintah perlu memperhatikan kenaikan gaji.(tambahan gaji) sehingga petugas sampahpun akan lebih giat lagi.
- Fasilitas pengomposan yang hasilnya jadi gas merubah kebiasaan, banyak hal yang dapat di support oleh pemerintah.
- Membuka lapangan kerja
Gimana, menurut sahabat zero waste bukan suatu hal yang mustahil kan untuk melakukannya, apabila dilakukan secara bersama-sama mulai dari rumah, aparat, petugas sampah, pengolah sampah, pejabat dan birokrasi, tentu saja zero waste cities solusi nyata pengurangan sampah. Jadi mulailah dari sekarang, jangan menunggu ada ajang tertentu tetapi harus dimulai dari hati, pertama untuk lingkungan kawasan sendiri, lalu naik hingga ke kota sehingga zero waste ini dapat berjalan di seluruh kota yang ada di Indonesia.
Semoga bermanfaat, salam sehat dan bahagia selalu