Sabtu pagi tepatnya jam 07.00 sudah sampai di stasiun Tanah Abang menuju ke stasiun RangkasBitung,agar perjalanan tidak terlalu malam. Akhirnya sampai stasiun Rangkasbitung menempuh perjalanan 2 jam dan bertemu kawan yang sudah menunggu di stasiun. Setelah itu menyewa mobil elf menuju kampung ciboeleger. Membawa bahan makanan untuk dibawa ke Baduy Dalam sebagai tanda oleh-oleh sebab kami akan menginap selama satu malam di Baduy Dalam. Nah sahabat mau tahu tips menikmati perjalanan ke Baduy Luar dan Baduy Dalam, biar tidak bete dan selalu ceria.
Baduy itu dimana sie?
Baduy merupakan kelompok etnis masyarakat adat suku sunda diwilayah pedalaman kabupaten lebak banten. Biasa disebut dengan urang kanekes, orang kanekes atau orang Baduy/Badui. Bermukim tepat di kaki pegunungan Kendeng desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Rangkasbitung, Banten, berjarak 40 km dari kota Rangkasbitung. Merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng, ketinggian 300 – 600 m di atas permukaan laut (DPL) mempunyai topografi berbukit dan bergelombang. Populasi mereka sekitar 26.000 orang, mereka merupakan salah satu kelompok masyarakat yang mengisolasi diri dari dunia luar. Memiliki keyakinan tabu untuk didokumentasikan, khususnya penduduk wilayah Baduy Dalam. Menganut Agama Islam (60%) Sunda wiwitan (40%) ini menurut Wikipedia.
Perjalanan ke Baduy Luar dan Baduy Dalam
Sesampainya di Ciboeleger aku dan kawan-kawan sudah ditunggu dan disambut oleh pemandu wisata yaitu orang asli Baduy Dalam untuk menemani perjalanan menuju Baduy Dalam tepatnya adalah orang baduy asli yang akan kami tinggali rumahnya selama semalam. Ya untuk menuju ke Baduy Dalam harus menempuh perjalanan sekitar 7 Jam dari Ciboeleger Baduy Luar ke Baduy Dalam.
Perjalanan ke Baduy Luar
Baduy Luar merupakan orang-orang yang telah keluar dari adat dan wilayah Baduy Dalam. Baduy Luar memiliki ciri khas mengenakan pakaian dan ikat kepala berwarna biru gelap, tinggal di berbagai kampung yang tersebar mengelilingi wilayah Baduy Dalam seperti Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu.
Beberapa hal yang menyebabkan dikeluarkannya warga Baduy Dalam ke Baduy luar:
- Mereka telah melanggar adat masyarakat Badui Dalam.
- Berkeinginan untuk keluar dari Baduy Dalam
- Menikah dengan anggota Baduy luar
Ciri-ciri masyarakat orang Baduy luar
- Mereka telah mengenal teknologi, seperti peralatan elektronik, hp.
- Proses pembangunan rumah penduduk Badui Luar telah menggunakan alat-alat bantu, seperti gergaji, palu, paku, dll, yang sebelumnya dilarang oleh adat Baduy Dalam.
- Menggunakan pakaian adat dengan warna hitam atau biru tua (untuk laki-laki), yang menandakan bahwa mereka tidak suci. Kadang menggunakan pakaian modern seperti kaos oblong dan celana jeans.
- Menggunakan peralatan rumah tangga modern, seperti kasur, bantal, piring & gelas kaca & plastik.
- Mereka tinggal di luar wilayah Badui Dalam dengan rumah yang sudah modern seperti di kota dengan batu.
- Sebagian di antara mereka telah terpengaruh dan berpindah agama menjadi seorang muslim dalam jumlah cukup signifikan.
Di ciboelegar memang sudah standby atau sudah siap laki-laki baduy baik anak-anak atau orang dewasa yang identik dengan memakai baju putih atau hitam untuk mengantarkan keliling baduy baik baduy luar maupun baduy dalam, aku dan kawan-kawan sempat membeli minuman untuk persediaan selama perjalanan, karena dari ciboeleger ini menyusuri baduy luar dan menuju baduy dalam ditempuh dengan cara berjalan kaki.
Dalam menyusuri baduy luar akupun menikmati perjalanan dengan mendokumentasikan setiap view indah yang ditemui baik itu jembatan, air sungai dan rumah penduduknya, Alhamdulillahnya dalam perjalanan menuju ke Baduy Dalam ternyata hujan turun yang makin lama makin deras. Trekkingnya yang sangat curam serta ditambah lagi dengan kondisi hujan sehingga jalannya agak licin, aku sempat terjatuh, alhamdulillah tidak ada cidera cuma sakit sedikit.
Selama perjalanan kulihat orang baduy yang mengantar kami cepat sekali jalannya, sempat aku dan kawan-kawan tertinggal jauh, karena aku ingin cepat-cepat sampai ke tempat kami menginap di Baduy Dalam pas aku menengok ke belakang kawan-kawanku belum sampai dan tidak ada orang, tiba-tiba bapaknya Asep orang Baduy yang mengantar sudah langsung menyusul, lalu aku dan bapaknya Asep berjalan terus menelusuri jalan karena hari hampir gelap, dan sering terdengar suara burung tak tahu burung apa, hujanpun semakin deras lalu aku berhenti untuk memakai jas hujan, lalu melanjutkan perjalanan menuju ke Baduy Dalam.
Perjalanan ke Baduy Dalam
Baduy Dalam merupakan yang paling ketat mengikuti adat, yaitu warga yang tinggal di tiga kampung: Cibeo, Cikertawana, dan Cikeusik. Ciri khas Orang Baduy Dalam adalah pakaiannya berwarna putih alami dan biru tua serta memakai ikat kepala putih. Mereka dilarang secara adat untuk bertemu dengan orang asing.
Warga Baduy Dalam masih memegang teguh adat-istiadat nenek moyang, sebagian peraturan yang dianut oleh suku Baduy Dalam antara lain:
- Tidak diperkenankan menggunakan kendaraan untuk sarana transportasi
- Tidak diperkenankan menggunakan alas kaki
- Pintu rumah harus menghadap ke utara/selatan (kecuali rumah sang Pu’un atau ketua adat)
- Larangan menggunakan alat elektronik (teknologi)
- Wisatawan asing atau mancanegara tidak boleh berkunjung ke Baduy Dalam mungkin ketua adatnya takut kalau para wanitanya terpikat sama wisatawan asing atau mancanegara karena wanitanya cantik dan lelakinya juga ganteng (mereka malu-malu kucing) gitu dehh, takut wisatawan asing penasaran kan ya .
- Menggunakan kain berwarna hitam/putih sebagai pakaian yang ditenun dan dijahit sendiri serta tidak diperbolehkan menggunakan pakaian modern.
Dalam menyusuri perjalanan ke Baduy Dalam yang perbatasannya adalah jembatan gajeboh, dimana mulai tidak boleh mendokumentasikan perjalanan sekeliling dan itu adalah adat orang Baduy Dalam. Saat beristirahat dekat jembatan gajeboh ada wanita asli baduy yang baru turun memakai baju khas baduy dan membawa kayu, aku meminta foto bersama tetapi mereka tidak mau di foto, padahal aku minta foto sesama cewek loh, mereka itu unik bukan saja cantik tetapi eksotik. Sesampainya di Baduy Dalam pas magrib dengan keadaan basah kuyup walaupun sudah memakai jas hujan.
Di rumah penduduk yang dipergunakan sebagai penginapan aku dan kawan-kawan selama satu malam, menurut asep bahwa untuk menginap di Baduy Dalam tidak boleh lebih dari 1 malam, apabila menginap lebih dari 1 malam tidak boleh tinggal di dalam rumah tetapi di lumbung artinya di sawah. Memang adat di Baduy Dalam lebih kuat seperti tidak memakai sandal, mandi tidak menggunakan sabun, tidak ada lemari pakaian, tidak ada listrik, tidak ada kasur, bantal.
Setelah istirahat sebentar, aku dan beberapa kawan tidak betah mau tidur belum mandi apalagi habis kehujanan dan keringetan, mandinya sendiri bisa memilih mandi di kali atau permandian yang kamar mandinya hanya tertutup bilik sedikit ada baknya dari batu dan gayung terbuat dari kayu kelapa dengan air mengalir, segar karena langsung airnya dari pancuran dengan menggunakan ciduk air dari batok kelapa dan bak untuk menampung airnya adalah seperti bathup besar.
Aku menginap tidak jauh dari rumah kepala adat yang disebut pu’un, rumahnya terletak di ujung dan tidak boleh memasuki daerah tersebut karena ada tanda tidak boleh melewati batas untuk ke rumah kepala adat tersebut, sayang sekali aku tidak dapat mendokumentasikannya karena memang harus patuh terhadap adat suku baduy dalam kalau tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Setelah itu kamipun dimasakin makanan yang telah kami bawa tadi seperti nasi, ayam goreng dll , ada sebagian kawan yang bawa sambel dan sambelan kentang kering dari rumah, dan kamipun menyantap masakan tersebut dengan lahap anehnya selama menggoreng dan memasak tidak ada bau apapun yang keluar dari balik rumah bambu tersebut, sebab kalau masak pasti tercium bau ayam gorengnya atau bumbu ikan asinnya ini tidak loh.
Ditambah lagi kami minum dengan menggunakan gelas bambu, yang ditaruh air dinginnya tuh beda sekali segar banget di tenggorokan, di baduy dalam aku memang menemukan semua peralatannya serba bambu, selain rumah yang terbuat dari bambu.
Setelah makan malam kami berbincang-bincang sambil sesekali ada kunang-kunang yang masuk ke dalam rumah yang kami mainkan kunang-kunang tersebut, sayang sekali tidak bisa di foto atau divideokan.
Setelah sehari menginap dan mengetahui kultur dari Baduy Dalam, banyak sekali anak-anak kecil di Baduy Dalam, orang baduy menikah dalam usia muda karena dijodohkan contohnya asep sebenarnya tidak mau menikah dulu tetapi orang tua sudah ada calonnya dan menginginkan dia menikah, akhirnya menurut sama orang tua.
Asep menjual hasil karya kerajinan baduy dibuat keluarganya seperti gelas dari bambu, gantungan kunci , madu dan kain ke Jakarta dengan berjalan kaki tanpa alas kaki, aku iseng mengatakan tidak apa-apa asep ke Jakarta naik kereta tidak ada yang melihat jika Asep melakukannya tetapi tidak berani dilakukan karena takut kena azab terjadi sesuatu apabila melanggar, walaupun ada yang sakit mereka tidak dibawa keluar dari baduy dalam.
Pagi hari setelah main sama anak-anak, mandi dan bersih-bersih, aku dan kawan-kawan bersiap untuk melanjutkan perjalanan pulang dengan jalur perjalanan trekking yang berbeda dengan awal kedatangan karena sepanjang aku berjalan ada beberapa titik sudah ada yang menjajakan jualan minuman, dan ada warung jadi pas haus sambil istirahat sebentar aku memesan minuman.
Akupun menuju jembatan yang sangat fenomenal yang terbuat dari bambu semua atau akar pohon namanya jembatan akar , setelah berjalan selama 4 jam sesampainya di jembatan akar banyak sekali orang yang sudah mengantri untuk berswafoto dan ada beberapa tukang jajanan yang menjajakan makanannya .
Memang jalur menuju Baduy Dalam ternyata ada dua yaitu dari ciboeleger menuju ke Baduy Dalam dapat ditempuh 7 jam dan dari cijahe ditempuh dengan 1,5 jam, baru aku ketahui pas pulang kalau tahu dari awal pasti memilih yang paling dekat perjalanannya.
Biaya Untuk Perjalanan Ke Baduy Luar dan Baduy Dalam
- Kereta Api dari Stasiun Tanah Abang ke Rangkas Bitung PP Rp. 16.000,- waktu tempuh 2 jam
- Dari RangkasBitung sewa mobil ke Ciboeleger PP Rp. 1.200.000,- waktu tempuh 2 jam
- Tips Tour Guide untuk 3 Orang
- HTM untuk Baduy Luar
- HTM untuk Baduy Dalam
- Bahan makanan untuk dibawa ke Baduy Dalam sebagai salah satu oleh-oleh dan sebagai makanan saat menginap di rumah penduduk
Tips Menikmati Perjalanan ke Baduy Luar dan Baduy Dalam
Ada beberapa tips menikmati perjalanan ke baduy luar dan baduy dalam yaitu :
- Persiapan fisik ini paling utama agar perjalanan ke Baduy Luar dan Baduy Dalam tidak membuat sahabat menjadi kelelahan karena harus dilakukan dengan berjalan kaki dan tidak menikmati perjalanan.
- Menikmati Keindahan alam desa selama perjalanan ke baduy luar dan baduy dalam melihat pemandangan seperti para wanita menenun, melihat padi yang sedang dijemur , jembatan yang indah, sungai dan keindahan alam lainnya.
- terletak di pedalaman, medannya lumayan cukup sulit dijangkau melalui trekking dan jalan kaki, bawa makanan sendiri karena di desa adat tidak terdapat penjual makanan dan minuman atau warung seperti madu, coklat, dan lain-lain.
- Taati peraturan desa baduy karena desa ini begitu teguh pada adat istiadat.
- Tidak tinggalkan sampah sembarangan, pengunjung harus membawa kembali sampah .
- Belilah beberapa souvenir yang mereka buat sebagai oleh-oleh juga membantu perekonomian mereka.
Gimana sahabat tertarik untuk menikmati langsung Baduy luar dan Baduy Dalam ? Coba deh lihat secara langsung dan nikmati keindahan alam selama perjalanan.
Sampai jumpa di perjalanan aku selanjutnya ya
Semoga bermanfaat.
Lengkap banget ulasannya kak.
Aku jadi penasaran kenapa masak bisa nggak ada baunya gitu.
Oh ya kak, untuk ke baduy dalam itu pengunjung juga dilarang pakai alas kaki atau itu berlaku untuk warganya aja?
Oo jadi orang Baduy tuh kalau jalan kaki ke Jakarta beneran ga naik kereta ya kak? kan sering tuh lihat orang Baduy jln.kaki jual madu di jln2 ..raya..
iya beneran mereka ga ada yang naik kereta karena takut kena azab , ketua adat
mereka katanya tau kalau ada yang melanggar dan mereka juga takut sama leluhurnya
Nah aku juga penasaran sie tapi mereka ga kasih tau tuh padahal deket
banget loh masaknya dengan kita kumpul wkwkw, kalau pengunjung dilarang
pakai alas kaki aku ga kuat euyy jalannya 7 jam medannya naik turun, bebatu
huhuh untuk warga baduy aja sie .
Seandainya tatanan sikap warga badui yg mengutamakan kesehatan alam bisa diikuti semua orang ya :’)
iya kak, sebenarnya tatanan sikap warga lokal dimanapun pasti mengutamakan
kesehatan ala, terkadang justru pengunjung yang tidak patuh.
Penasaran sama Baduy Dalam, karena waktu itu cuma sampe Baduy Luar aja..
Tapi meskipun bgitu, udah seneng sih..hehe.
Kebetulan waktu itu gw beli madu disitu, cuma kata beberapa temen gw salah beli katanya madu yang gw beli komposisinya banyakan aren daripada madunya..
Seandainya gw tahu beda madu yang asli sama yang lebih banyak komposisi arennya..hehe.
Btw, nice info!
Kemarin sie temen aku yang beli madu, dan aku sama temen-temen beli souvenirnya
tidak di baduy luar tapi kita beli dari baduy dalam.
Ketika mengunjungi sebuah tempat, sudah semestinya kita mesti menghormati adat istiadat dan peraturan yang berlaku di tempat tersebut. Suku baduy adalah salah satunya. Mereka memegang teguh adat leluhur mereka. Ini selah satu sebagai bentuk melestarikan kebudayaan dan adat istiadat.
iya bener kak, mereka bener2 menjunjung adat istiadat dan leluhurnya.
Rasanya kangen banget ke baduy lagi saat membaca tulisan kakak. Tips bagaimana menikmati perjalanan ke baduy luar dan baduy dalamnya, perfect !! Siapapun yang akan ke sana dengan baca tulisan kakak mesti akan menikmati perjalanan ke sana dengan asik. Terimakasih kak tips nya.
iya kaka karena kalau perjalanannya tidak dinikmati dengan melihat pemandangan
sebentar dan lihat sekeliling perjalanan pasti akan terasa capek sekali kak.
Ulasannya mantap, saya belum pernah sama sekali ke Baduy jadi makin penasaran nih karena cerita ini.
Ayo jadwalin ke Baduy kak .
Wah, jadi penasaran. Saat pandemi Corona melanda seperti sekarang, apakah baduy dalam juga terbebas dari covid19.
Terus tadi misal orang baduy dalam menikah dengan orang baduy luar. Yg diusir dari baduy dalam orang yg bersangkutan aja atau keluarganya juga kak?
Keluarganya sie tidak diusir kak hanya yang menikah itu aja yang diusir.
Ayo kak jadwalkan ke baduy.
Suasananya masih sangat alami banget Baduy Dalam, walaupun capek tapi pastinya sangat berkesan ya kak bisa tau kebudayaan khas orang sana. Saluttnya lagi walaupun antara Baduy Dalam dan Baduy Luar punya perbedaan yang signifikan, tapi mereka tetep bisa hidup berdampingan dan saling menghargai satu sama lainnya ya kak. Makin cinta sama Indonesia 😍
Belum pernah nih saya ke baduy luar maupun baduy dalam. Yahhh lihat postingan Kak Inna jadi penasaran. Tapi belum nemu temen yang mau ke sana juga nih.
Wisata Suku Baduy udah lama banget masuk di Bucked List aku. Tapi krena beberapa bulan ini belum bisa kemana-mana, ya terpaksa deh belum bisa diceklis. BTW tengkyu yah utk informasinya. Aku bisa lebih prepare lagi nih sebelum ke sana.
Semangat kak, semoga bisa ke Baduy dan bisa menikmati Baduy Dalam
tanpa listrik dan tanpa kamar mandi wkwkwkw
Kejawab sudah pertanyaanku selama ini, kenapa warga baduy gak pake sendal ternyata emang adat istiadatnya gitu yaa..
simpen dulu ah ulasannya, mau ke baduy ga kesampean terusssss…seedddd….., semoga setelah pandemik ini bisa bertualang kesana
makasih kaaa detil banget inih…
gw dr dulu pengen kesini sih, tp denger2 medannya lumayan berat ya.
semoga suatu hari nanti kesampean. amin
kalau arah dari cijahe yang cuma 1,5 jam mungkin medannya ga berat,
kalau aku dari ciboeleger ke Baduy Dalam 7 jam lumayan berat kak,
aku buat yutubnya perjalanannya kok.
Mungkin 10 THN lalu sy ke sana. Sedih mendengar kabar mereka belakangan minta pemerintah buat hapus daerahnya dr label tempat wisata
Wahhh belum kesampean ke sini…tapi udah ada wacana kalau Badui dalam bakalan di hapus dari tempat wisata gitu..meski masih belum jelas keputusannya…tapi kalau memang demi kelestarian hidup suku Badui gpp sih menurutq…karena justru di situlah keunikan mereka. Masih berharap someday bisa ke Badui luar dan dalam. Nice info kak…
Wah, senengnya sudah berkunjung ke Baduy
Kak, kalau warga Baduy luar berarti yang dikeluarkan dari Baduy Dalam. Apakah mereka masih berhubungan meski sudah dikeluarkan. Saling bersilaturahmi meski tidak boleh lagi menetap di Baduy Dalam?
Banyak banget yang udah cerita tentang keeksotisan badui dalam. Tapi blm kesampaian juga kesana. Waah keren ya masak bisa gak bau gitu. Teknologi dari kearifan lokal.
Iya aku juga ga tau tuh kok bisa ga berbau masakannnya tau-tau dah
selesai aja masaknya.
Wah keren banget ulasannya lengkap! 😍 Bakal jadi acuan aku kalau mau ke Baduy nih. Adat mereka masih kentel banget banget yaa ternyata 🙂 Mereka kuat sekali yaa jalan tanpa alas
iya bener sekali adatnya kentak sekali, walaupun jalan kaki tanpa alas
tapi jalannya cepet banget loh tidak merasakan sakit kena batu-batu di jalan.
Wow.. aku dapet pengetahuan baru yg tentang Baduy Dalam. Menarik banget.. ngomong2 aku penasaran kak sama yg tentang alas kaki. Peraturan itu hanya berlaku untuk masyarakat Baduy Dalam atau semua orang yg berkunjung ke sana?
kalau tentang alas kaki memang orang baduy tidak ada yang pakai alas kaki kak,
kalau yang berkunjung tidak apa-apa pakai alas kaki, kalau ga pakai alas kaki
ga ada yang mau berkunjung euyy jauh , berbatu pula jalannya.
wowww kumplit sekali kak inna info nya, aaaa sukaaaaa . apalagi aku belom pernah ke baduy luar ataupun dalam, pernah mau ikut trip bpj ke baduy tapi gak jadi krn kaki lg sakit waktu itu . kata temenku yg sdh ke baduy jalan kaki nya lumayan jauh dan agak tanjakan turunan juga, so batal dehhh.
Iya bener jalannya lumayan tanjakan berbatu dan turunan gitu, nanti liat di yutubku ya
selama perjalanan baduy, aku perjalanan 7 jam, tapi ada juga yang 1,5 jam
ke baduy dalam tapi lewat cijahe.
Wahh aku malah baru tau kalau ternyata di Baduy itu ada kamar mandi. Karena dulu waktu aku ke sana, kita dikasih taunya cuma mandi di sungai doang. Malan-malam ke sungai, mana hujan pulaaa. Tapi seru sih hehe
Ada kak kamar mandinya itu diatas, soalnya aku ga bisa mandi di sungai,
makanya kemarin selama 7 jam jalan mau ke toilet aku minta anterin sama
bapak asep yang nemenin untuk cariin rumah warga yang punya kamar mandi
wkwkwk karena selama perjalanan ga ada toilet. Nah pas di baduy dalam
juga gitu akhirnya dianterin ke atas yang model kamar mandi ala kadarnya
dijagain sama kawan-kawan sedikit tertutupnya ga ada pintunya heheh.
Pas banget baca tulisan Tips ke baduy. Soalnya aku belum pernah ke baduy luar ataupun dalam. Dan pingin banget bisa ke sana, semoga tahun ini kesampean.
Aaminn , gampang lah kak deket kok tinggal naik kereta sama sewa angkot wkwkwk
Aku salut banget sama Suku Baduy yang tetap memegang teguh adatnya, bahkan sampai mengirimkan surat ke presiden yah CMIIW. Baca tulisanmu aku jadi ingat main-main di sungai, trekking di jalanan becek karena hujan, dan ketemu kunang-kunang di sana. Asri sekali ya Kak. Meski enggak bisa diabadikan lewat foto, tapi ingatan tentang Baduy Dalam (terutama) begitu membekas.